Mencermati dunia pendidikan di Indonesia pada umumnya dan sekolah pada khususnya merupakan satu hal yang menarik. Sudah enam puluh tiga tahun negeri ini merdeka tetapi dunia pendidikan bukannya semakin baik malah justru sebaliknya semakin terpuruk. Dulu, negara tetangga kita Malasyia mengirimkan mahasiswanya kuliah di universitas Indonesia baik itu UI, ITB, UGM dan yang lainnya. Tetapi sekarang berkebalikan, mahasiswa Indonesia justru belajar di universitas Malasyia. Vietnam adalah salah satu negara yang berhasil menyalip Indonesia dalam bidang pendidikan dan tidak menutup kemungkinan negara-negara lain yang dahulu kalah dengan Indonesia sekarang akan menjadi lebih maju dalam pendidikan. Mengapa bisa terjadi seperti ini? Banyak pakar pendidikan memberikan argumen tentang kemunduran pendidikan di Indonesia, ada yang menyoroti sistem pendidikan yang salah, ada yang mengatakan kurikulum pendidikan Indonesia jelek, ada yang mengatakan tidak ada kesinambungan dalam membangun pendidikan dengan ganti menteri ganti kurikulum dan argumen yang lainnya. Saya tidak akan menyoroti hal tersebut, karena menurut hemat saya tidak ada yang salah dari kurikulum dan tidak ada yang salah dengan sistem pendidikan Indonesia. Saya mencoba mengkaji dari sudut pandang lain, dalam hal ini adalah partisipasi masyarakat dalam memajukan pendidikan di Indonesia. Bergelut dengan dunia pendidikan selama ini, saya melihat ada empat golongan peserta didik. Peserta didik dalam hal ini adalah murid dan orang tuanya. Golongan tersebut adalah:
Murid pinter dengan orang tuanya kaya
Murid pinter dengan orang tuanya miskin
Murid bodoh dengan orang tuanya kaya
Murid bodoh dengan orang tuanya miskin
Akan saya bahas satu persatu golongan tersebut dan implikasinya terhadap kemunduran pendidikan di Indonesia.
Golongan yang pertama adalah murid pinter dengan orang tuanya kaya.
Ini adalah golongan yang ideal. Karakter siswa golongan ini memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, suka bekerja keras dan rajin belajar. Karakter ini didukung oleh finansial orang tua yang cukup untuk memenuhi segala kebutuhan anak dalam belajar, baik itu ketersediaan buku, mendatangkan guru untuk memberi les privat, memiliki komputer dengan akses internet dan asupan gizi yang lebih dari cukup. Orang tua dalam golongan ini juga sangat perhatian dalam mendorong anaknya untuk belajar. Meluangkan waktu untuk menemani anak belajar dan membantu kesulitan anak dalam belajar serta memberi motivasi kepada anaknya untuk maju. Yang paling penting dari keberadaan orang tua golongan ini adalah bisa memberi contoh kepada anaknya bahwa orang tua mereka adalah orang yang berhasil. Golongan ini memberi konstribusi yang besar terhadap kemajuan pendidikan di Indonesia tetapi kurang berarti karena jumlahnya sedikit.
Golongan kedua adalah murid pinter dengan orang tua yang miskin.
Karakter siswa golongan ini sama dengan golongan pertama tetapi yang berbeda adalah dukungan orang tua. Orang tua dalam golongan ini cukup perhatian terhadap kemajuan pendidikan anaknya tetapi tidak bisa membantu anak memenuhi kebutuhannya dalam belajar seperti penyediaan buku, memberikan guru les dan memberikan asupan gizi yang cukup baik. Golongan ini sebetulnya yang perlu dibantu baik itu oleh pemerintah maupun oleh masyarakat. Jadi beasiswa harusnya diberikan hanya untuk golongan ini. Siswa golongan ini dapat memberikan kontribusinya untuk kemajuan pendidikan di Indonesia.
Golongan yang ketiga adalah anak bodoh dengan orang tua yang kaya.
Golongan ini masih bisa memberikan konstribusi untuk kemajuan pendidikan di Indonesia melalui kekuatan ekonomi orang tuanya. Sekolah bisa memberdayakan golongan ini untuk kemajuan sekolah seperti memberikan beasiswa untuk golongan kedua, menambah peralatan sekolah, dan menambah kesejahteraan guru. Dengan peralatan sekolah yang memadai dan guru yang sejahtera, saya yakin kemajuan pendidikan akan diperoleh.
Golongan yang keempat adalah anak bodoh dengan orang tua miskin.
Golongan keempat ini adalah golongan yang sangat tidak harapkan karena akan menghambat kemajuan pendidikan di Indonesia. Golongan ini pula yang sering membuat masalah di sekolah. Karakter anak golongan ini tidak mau bekerja keras, malas belajar dan meminta perhatian guru dengan membuat masalah. Sementara dari pihak orang tua akan membebani keuangan sekolah sehingga menghambat kegiatan belajar mengajar. Golongan ini adalah mayoritas di negeri ini sehingga sangat signifikan dalam memberikan konstribusinya dalam menghambat kemajuan pendidikan di Indonesia. Itulah mengapa pendidikan di Indonesia tidak mengalami kemajuan walaupun sudah merdeka enam puluh tiga tahun. Cara terbaik adalah mengurangi jumlah golongan keempat dan jangan memberikan beasiswa pada golongan ini karena akan sia-sia
astagfirullah... dak ado yang puaso haha...
ReplyDelete